cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota bogor,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Science, Education,
Arjuna Subject : -
Articles 14 Documents
Search results for , issue "Vol 7, No 1 (2013): Jurnal Penelitian Dipterokarpa" : 14 Documents clear
SIFAT TANAH PADA AREAL APLIKASI TEBANG PILIH TANAM JALUR ( TPTJ) DI PT. INTRACAWOOD, BULUNGAN, KALIMANTAN TIMUR Handayani, Rini; Karmilasanti, Karmilasanti
Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 7, No 1 (2013): Jurnal Penelitian Dipterokarpa
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Ekosistem Hutan Dipterokarpa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Salah satu alternatif untuk meningkatkan produktivitas hutan alam bekas tebangan adalah dengan menerapkan system pengelolaan hutan yang berbasis pada kelestarian hutan dan lingkungan, yaitu sistem Tebang Pilih Tanam Jalur (TPTJ). Pengusahaan hutan alam yang intensif akan berpengaruh terhadap kondisi lingkungan terutama tanah. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian terhadap sifat fisik dan kimia tanah di areal hutan yang menerapkan sistem TPTJ. Pengambilan sampel tanah dilakukan pada 3 penggunaan lahan, yaitu jalur antara, jalur tanam dan jalan sarad. Sampel tanah yang diambil ada 2 jenis, yaitu sampel tanah utuh untuk penetapan sifat -sifat fisik tanah dan sampel tanah terganggu  untuk penetapan sifat-sifat kimia tanah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tekstur tanah pada jalur antara dan jalan sarad cabang yaitu liat, sedangkan pada jalur tanam yaitu lempung liat berpasir. Bulk density (BD) pada jalur antara berkisar antara 0,51 sampai 0,66 g/cm3, pada jalur tanam berkisar antara 0,65 sampai 0,69 g/cm, sedangkan pada jalan sarad berkisar antara 0,91 sampai 0,92 g/cm3. Pori total tanah pada jalur antara berkisar antara 74,62 sampai 80,42%, pada jalur tanam berkisar antara 73,04% sampai 74,71% dan pada jalan sarad berkisar antara 64,13 % sampai 64,63%. pH tanah pada ketiga penggunaan lahan adalah sangat masam. Kandungan hara tertinggi terdapat pada jalur tanam. 
MODEL PENDUGAAN VOLUME POHON DIPTEROCARPUS CONFERTUS V. SLOOTEN DI WAHAU KUTAI TIMUR, KALIMANTAN TIMUR Abdurachman, Abdurachman
Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 7, No 1 (2013): Jurnal Penelitian Dipterokarpa
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Ekosistem Hutan Dipterokarpa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Beberapa persamaan sederhana dianalisis dari pohon Dipterocarpus confertus yang datanya diambil di PT Gunung Gajah Abadi Wahau Kutai Timur,  Kalimantan Timur. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membangun persamaan yang akurat yang dapat dipakai untuk penaksiran volume pohon pada daerah penelitian.Model persamaan yang dibuat hanya berdasarkan satu peubah saja yaitu diameter. Analisis model dengan satu peubah ini dilanjutkan setelah dilakukan pengujian hubungan diameter dan tinggi bebas cabang. Pemilihan  model terbaik berdasarkan nilai -nilai, koefisien determinasi (R2), galat baku (Se), simpangan agregatif (SA) dan simpangan rataan (SR). Hasil analisis menunjukkan ada hubungan yang erat antara diameter dan tinggi bebass cabang dengan nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0.85. Adapun persamaan terpilih yang diusulkan untuk pembuatan tabel volume pohon adalah V =  0.2758 - 0.0286 d + 0.0014d2.
KAJIAN PELAKSANAAN PELELANGAN KAYU MERANTI DI KALIMANTAN TIMUR Wiati, Catur Budi
Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 7, No 1 (2013): Jurnal Penelitian Dipterokarpa
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Ekosistem Hutan Dipterokarpa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kebijakan pelelangan kayu termasuk kayu meranti telah mengalami beberapa kali perubahan dari SK Menhut No. 319/Kpts-II/1997 direvisi menjadi Permenhut No. P.02/Menhut-II/2005, dan yang terakhir menjadi Permenhut No. P.48/Menhut-II/2006, dengan harapan dapat mempercepat proses pelelangan kayu. Artikel ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan pelelangan kayu meranti di Kalimantan Timur sekaligus untuk mengetahui permasalahan yang ada. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemerintah memperoleh pendapatan sekitar Rp 35 milyar pada tahun 2006 dan Rp 17 milyar pada tahun 2007 dari hasil pelelangan kayu termasuk meranti di KPKNL Samarinda. Nilai ini tidak termasuk nilai lelang barang-barang bukan kayu seperti kapal  motor dan truk. Namun demikian pelaksanaan pelelangan kayu di Kalimantan Timur masih tidak berjalan maksimal karena ketiadaan pendanaan untuk menangani masalah illegal logging, terbatasnya jumlah PPNS di  institusi kehutanan dan lemahnya koordinasi antar institusi yang menangani pelelangan kayu.
MODEL HUBUNGAN TINGGI DAN DIAMETER TAJUK DENGAN DIAMETER SETINGGI DADA PADA TEGAKAN TENGKAWANG TUNGKUL PUTIH ( Shorea macrophylla ( de Vriese ) P.S. Ashton ) DAN TUNGKUL MERAH ( Shorea stenoptera Burck.) DI SEMBOJA, KABUPATEN SANGGAU Hardjana, Asep Kurniyawan
Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 7, No 1 (2013): Jurnal Penelitian Dipterokarpa
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Ekosistem Hutan Dipterokarpa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pengukuran diameter merupakan pekerjaan yang relatif mudah, murah dan dapat menghasilkan ukuran yang akurat, sedangkan pengukuran tinggi dan tajuk pohon merupakan pekerjaan yang relatif sulit dan membutuhkan banyak tenaga. Penyusunan model hubungan antara tinggi pohon dan tajuk pohon dengan diameter pohon merupakan salah satu alternatif teknis yang dapat mengurangi pekerjaan pihak pengguna dalam mengukur tinggi dan diameter tajuk pohon, sehingga dapat memberikan data yang cukup mendekati dari hasil pengukuran yang sebenarnya. Dari hasil inventarisasi dan identifikasi diketahui bahwa jenis tengkawang tungkul mendominasi jenis tengkawang di lokasi penelitian dengan kerapatan tegakan berkisar 63 – 166 pohon/ha, yang terdiri dari jenis tungkul putih sebanyak 128 pohon (79,48%), dan tungkul merah sebanyak 47 pohon (20,52%). Selanjutnya model regresi hubungan tinggi pohon dengan diameter batang (dbh) yang dapat terbangun adalah Ttp = -2,2697 + 1,2711d - 0,0162d2 (n= 128; R2= 0,8177; SE= 2,1271) untuk tungkul putih, sedangkan model regresi untuk tungkul merah adalah Ttm = -0,0803 + 0,9334d - 0,0072d2 (n= 47; R2=0,8759; SE= 1,3891). Persamaan hubungan diameter tajuk dengan diameter batang (dbh) tidak berbeda nyata, sehingga dapat disusun pula model persamaan regresi untuk tungkul putih yaitu DTtp = 0,7174 + 0,4360d – 0,0045d2 (n= 128; R2= 0,5172;  SE= 1,7739 ) dan tungkul merah yaitu DT tm = 3,3287d0,2327 (n= 47; R2=0,0658; SE= 0,322).
KEANEKARAGAMAN FUNGI MAKRO PADA TEGAKAN BENIH DIPTEROCARPACEAE DI TAMAN NASIONAL TANJUNG PUTING DAN TAMAN NASIONAL SEBANGAU KALIMANTAN TENGAH Noor, Massofian; Saridan, Amiril
Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 7, No 1 (2013): Jurnal Penelitian Dipterokarpa
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Ekosistem Hutan Dipterokarpa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian keanekaragaman fungi makro dilaksanakan pada tegakan benih Dipterocarpaceae di Taman Nasional Tanjung Puting dan Taman Nasional Sebangau Kalimantan Tengah. Penelitian ini dilaksanakan selama 10 bulan, yaitu bulan Maret - Desember 2012. Latar belakang flora fungi makro pada suatu daerah tertentu yang belum pernah diketahui potensi dan keanekaragaman fungi makro sangat diperlukan eksplorasi dan tujuan  untuk mengidentifikasikani jenis dan manfaat fungi makro untuk kepentingan manusia. Metode yang dipergunakan adalah metode jalur dengan lebar 20 meter (10 meter dari kiri dan kanan dari garis sumbu sepanjang 1000 meter) dengan jarak antar jalur 200 meter, pengumpulan fungi makro dilakukan sensus 100 %. Identifikasi fungi makro mempergunakan kunci determinasi. Hasil penelitian yang diperoleh pada tegakan benih Dipterocarpaceae di Hutan Taman Nasional Tanjung Puting dan Taman Nasional Sebangau diperoleh rata-rata sebanyak 18 genus 44 jenis dan 335 individu., yang terdiri dari fungi makro  penghancur kayu  (71,91 %), penghancur serasah (4,13 %), sebagai sembion pada jenis Dipterocarpaceae (10,41 % ), sebagai ramuan obat (0,96 %) , dan dapat dikonsumsi sebagai bahan makanan (9,46 %). Iklim makro pada kedua lokasi  relatif sama. Hasil Uji- t tingkat keanekaragaman fungi makro dari dua lokasi yang berbeda menunjukan tidak berbeda nyata, nilai kesamaan Morisita Horn (CmH) diperoleh 1,31 atau 1 lebih, menunjukkan bahwa distribusi fungi makro pada kedua areal penelitian menyebar.
SIFAT FISIK DAN MEKANIK KAYU SHOREA MACROPTERA ssp. SANDAKANENSIS ( Sym. ) ASHTON SEBAGAI BAHAN BAKU MEBEL Fernandes, Andrian; Saridan, Amiril
Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 7, No 1 (2013): Jurnal Penelitian Dipterokarpa
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Ekosistem Hutan Dipterokarpa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Adanya perkembangan industri mebel membuka peluang digunakannya jenis-jenis kayu yang kurang dikenal. Salah satunya adalah Shorea macroptera ssp. sandakanensis (Sym.) Ashton yang tergolong jenis meranti merah yang belum diketahui sifat dasarnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sifat dasar dan peluang penggunaan kayu S. macroptera ssp. sandakanensis (Sym.) Ashton sebagai bahan baku mebel. S. macroptera ssp. sandakanensis (Sym.) Ashton diambil dari RKT 2012 IUPHHK PT Hutansanggam Labanan Lestari. Sifat dasar yang diuji meliputi berat jenis kayu dan perubahan dimensi kayu mengikuti standar DIN-2135 1975, pengujian mekanik kayu menggunakan standar uji BS 373-1957, dan pengujian pengetaman kayu mengikuti standar uji ASTM D-1666-64 1981 yang dimodifikasi oleh Abdurachman dan Karnasudirdja (1982). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kayu S. macroptera ssp. Sandakanensis (Sym.) Ashton tergolong ke dalam berat jenis kelas III, memiliki kekuatan lengkung statis kelas II, kekuatan tekan sejajar serat kelas III dan mudah dikerjakan. Berdasarkan sifat tersebut kayu S. macroptera ssp. sandakanensis (Sym.) Ashton dapat digunakan untuk bahan baku mebel.
PERTUMBUHAN KEBUN PANGKASAN JENIS Shorea leprosula Miq. Nurcahyono, Deddy Dwi; Rayan, Rayan; Handayani, Rini
Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 7, No 1 (2013): Jurnal Penelitian Dipterokarpa
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Ekosistem Hutan Dipterokarpa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kebun pangkasan merupakan tahapan dalam membangun kebun pangkas. Pembangunan kebun pangkasan bertujuan menyediakan materi stek pucuk, dalam kegiatan ini juga mendukung pemuliaan. Pengamatan pertumbuhan tingkat semai Shorea leprosula dilakukan untuk mengukur beberapa parameter pertumbuhan yaitu tinggi dan diameter di kebun pangkasan dari enam provenans, meliputi ITCIKU, Gunung Lumut, Carita, Gunung Bunga, Sungai Runtin dan SBK. Rancangan Acak Berblok (RAB) digunakan dengan provenans dan pohon induk sebagai perlakuan. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa perbedaan pertumbuhan tinggi dan diameter bibit antar provenans dan pohon induk sangat signifikan. Provenan Sungai Runtin menunjukkan pertumbuhan tinggi yang paling tinggi (60,092 cm) sedangkan pertumbuhan terbesar untuk diameter (4,515 mm) adalah provenan Gunung Bunga.
PERTUMBUHAN KEBUN PANGKASAN JENIS Shorea leprosula Miq. Deddy Dwi Nurcahyono; Rayan Rayan; Rini Handayani
Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 7, No 1 (2013): Jurnal Penelitian Dipterokarpa
Publisher : Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jped.2013.7.1.43-52

Abstract

Kebun pangkasan merupakan tahapan dalam membangun kebun pangkas. Pembangunan kebun pangkasan bertujuan menyediakan materi stek pucuk, dalam kegiatan ini juga mendukung pemuliaan. Pengamatan pertumbuhan tingkat semai Shorea leprosula dilakukan untuk mengukur beberapa parameter pertumbuhan yaitu tinggi dan diameter di kebun pangkasan dari enam provenans, meliputi ITCIKU, Gunung Lumut, Carita, Gunung Bunga, Sungai Runtin dan SBK. Rancangan Acak Berblok (RAB) digunakan dengan provenans dan pohon induk sebagai perlakuan. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa perbedaan pertumbuhan tinggi dan diameter bibit antar provenans dan pohon induk sangat signifikan. Provenan Sungai Runtin menunjukkan pertumbuhan tinggi yang paling tinggi (60,092 cm) sedangkan pertumbuhan terbesar untuk diameter (4,515 mm) adalah provenan Gunung Bunga.
SIFAT FISIK DAN MEKANIK KAYU SHOREA MACROPTERA ssp. SANDAKANENSIS ( Sym. ) ASHTON SEBAGAI BAHAN BAKU MEBEL Andrian Fernandes; Amiril Saridan
Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 7, No 1 (2013): Jurnal Penelitian Dipterokarpa
Publisher : Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jped.2013.7.1.1-6

Abstract

Adanya perkembangan industri mebel membuka peluang digunakannya jenis-jenis kayu yang kurang dikenal. Salah satunya adalah Shorea macroptera ssp. sandakanensis (Sym.) Ashton yang tergolong jenis meranti merah yang belum diketahui sifat dasarnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sifat dasar dan peluang penggunaan kayu S. macroptera ssp. sandakanensis (Sym.) Ashton sebagai bahan baku mebel. S. macroptera ssp. sandakanensis (Sym.) Ashton diambil dari RKT 2012 IUPHHK PT Hutansanggam Labanan Lestari. Sifat dasar yang diuji meliputi berat jenis kayu dan perubahan dimensi kayu mengikuti standar DIN-2135 1975, pengujian mekanik kayu menggunakan standar uji BS 373-1957, dan pengujian pengetaman kayu mengikuti standar uji ASTM D-1666-64 1981 yang dimodifikasi oleh Abdurachman dan Karnasudirdja (1982). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kayu S. macroptera ssp. Sandakanensis (Sym.) Ashton tergolong ke dalam berat jenis kelas III, memiliki kekuatan lengkung statis kelas II, kekuatan tekan sejajar serat kelas III dan mudah dikerjakan. Berdasarkan sifat tersebut kayu S. macroptera ssp. sandakanensis (Sym.) Ashton dapat digunakan untuk bahan baku mebel.
SIFAT TANAH PADA AREAL APLIKASI TEBANG PILIH TANAM JALUR ( TPTJ) DI PT. INTRACAWOOD, BULUNGAN, KALIMANTAN TIMUR Rini Handayani; Karmilasanti Karmilasanti
Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 7, No 1 (2013): Jurnal Penelitian Dipterokarpa
Publisher : Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jped.2013.7.1.35-42

Abstract

Salah satu alternatif untuk meningkatkan produktivitas hutan alam bekas tebangan adalah dengan menerapkan system pengelolaan hutan yang berbasis pada kelestarian hutan dan lingkungan, yaitu sistem Tebang Pilih Tanam Jalur (TPTJ). Pengusahaan hutan alam yang intensif akan berpengaruh terhadap kondisi lingkungan terutama tanah. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian terhadap sifat fisik dan kimia tanah di areal hutan yang menerapkan sistem TPTJ. Pengambilan sampel tanah dilakukan pada 3 penggunaan lahan, yaitu jalur antara, jalur tanam dan jalan sarad. Sampel tanah yang diambil ada 2 jenis, yaitu sampel tanah utuh untuk penetapan sifat -sifat fisik tanah dan sampel tanah terganggu  untuk penetapan sifat-sifat kimia tanah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tekstur tanah pada jalur antara dan jalan sarad cabang yaitu liat, sedangkan pada jalur tanam yaitu lempung liat berpasir. Bulk density (BD) pada jalur antara berkisar antara 0,51 sampai 0,66 g/cm3, pada jalur tanam berkisar antara 0,65 sampai 0,69 g/cm, sedangkan pada jalan sarad berkisar antara 0,91 sampai 0,92 g/cm3. Pori total tanah pada jalur antara berkisar antara 74,62 sampai 80,42%, pada jalur tanam berkisar antara 73,04% sampai 74,71% dan pada jalan sarad berkisar antara 64,13 % sampai 64,63%. pH tanah pada ketiga penggunaan lahan adalah sangat masam. Kandungan hara tertinggi terdapat pada jalur tanam. 

Page 1 of 2 | Total Record : 14


Filter by Year

2013 2013


Filter By Issues
All Issue Vol 8, No 2 (2022): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 8, No 1 (2022): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 7, No 2 (2021): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 7, No 1 (2021): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 6, No 2 (2020): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 6, No 1 (2020): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 5, No 2 (2019): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 5, No 1 (2019): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 4, No 2 (2018): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 4, No 1 (2018): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 3, No 2 (2017): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 3, No 1 (2017): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 2, No 2 (2016): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 2, No 1 (2016): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 1, No 2 (2015): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 1, No 2 (2015): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 1, No 1 (2015): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 1, No 1 (2015): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 8, No 2 (2014): Jurnal Penelitian Dipterokarpa Vol 8, No 2 (2014): Jurnal Penelitian Dipterokarpa Vol 8, No 1 (2014): Jurnal Penelitian Dipterokarpa Vol 8, No 1 (2014): Jurnal Penelitian Dipterokarpa Vol 7, No 2 (2013): Jurnal Penelitian Dipterokarpa Vol 7, No 1 (2013): Jurnal Penelitian Dipterokarpa Vol 7, No 1 (2013): Jurnal Penelitian Dipterokarpa Vol 6, No 2 (2012): Jurnal Penelitian Dipterokarpa Vol 6, No 1 (2012): Jurnal Penelitian Dipterokarpa Vol 5, No 2 (2011): Jurnal Penelitian Dipterokarpa Vol 5, No 1 (2011): Jurnal Penelitian Dipterokarpa Vol 4, No 1 (2010): Jurnal Penelitian Dipterokarpa Vol 3, No 1 (2009): Jurnal Penelitian Dipterokarpa Vol 2, No 1 (2008): Jurnal Penelitian Dipterokarpa Vol 1, No 1 (2007): Jurnal Penelitian Dipterokarpa More Issue